Minggu, 18 Maret 2012

PENGILHAMAN ALKITAB

I.                   PENDAHULUAN


Alkitab merupakan hasil tulisan manusia, namun Alkitab memiliki suatu ciri khas, yaitu diilhamkan oleh Allah. Inilah yang memebedakan Alkitab dengan tulisan-tulisan manusia lainnya. Jika manusia ingin mengenal Allah secara intim, maka hendaklah manusia tersebut harus memahami isi Alkitab secara mendalam dan teliti. Alkitab adalah nama kumpulan kitab-kitab yang diakui sebagai kanonik, dan diakui sebagai Firman Allah oleh gereja Kristen.[1] Kata “Alkitab” dalam bahasa yunani adalah biblos, yang artinya “kitab yang Agung”. [2]
Alkitab merupakan tulisan yang berisikan kebenaran dan tidak ada yang salah karena Alkitab itu diilhamkan oleh Allah secara ilahi. Hal ini terbukti secara mutlak dan universal serta tidak dibatasi dengan waktu dan tempat sehingga isinya tidak ada yang salah. Alkitab tidak salah karena Alkitab diilhamkan Allah dan ditulis oleh seorang yang berasal dari Allah dimana penulis Alkitab tersebut berada di bawah kuasa Allah.
Alkitab adalah Firman Tuhan yang diilhamkan, kita dapat menyimpulkan bahwa Alkitab adalah tanpa salah dan berotoritas. Pandangan yang benar terhadap Tuhan akan menuntun pada pandangan yang benar terhadap FirmanNya. Karena Allah adalah Mahakuasa, Mahatahu, dan sepenuhnya sempurna, FirmanNya akan memiliki karakteristik yang sama. Ayat-ayat yang sama yang menegakkan pengilhaman Alkitab juga meneguhkan bahwa Alkitab tidak ada salahnya dan berotoritas. Tanpa ragu Alkitab adalah sesuai dengan yang 5diklaim – tanpa dapat disangkal, Firman Tuhan yang berotorits yang ditujukan kepada manusia.
Dalam paper ini, penulis menjelaskan bahwa Alkitab nyata diilhamkan oleh Allah dan penjelasan mengenai doktrin yang benar mengenai pengilhaman Alkitab., karena telah banyak terjadi penyimpangan tentang doktrin, juga tentang implikasi pengilhaman, teori-teori pengilhaman. dan akibat dari pengilhaman.


II. PENGILHAMAN ALKITAB


Definisi Pengilhaman
Pengilhaman memiliki istilah inspirasi yang artinya adalah tuntunan atau pengaruh supra natural dari Roh Allah dan pikiran para penulis Alkitab sehingga hal tersebut menjadikan tulisan-tulisan yang dihasilkan mereka sebagai catatan yang progresif dan berotoritas dari wahyu dan kehendak Allah.[3] Pengilhaman dan pewahyuan tidak dapat dipisahkan. Kata “diilhamkan” dalam Alkitab memiliki arti yang lebih dalam lagi, yaitu “diwahyukan”, dimana pengilhaman tidak dapat dipisahkan dengan pewahyuan. Fakta bahwa Alkitab diilhamkan sama sekali tidak bergantung pada masalah apakah Alkitab itu diterima oleh manusia atau tidak. Penggunaan kata “diilhamkan” dalam Alkitab hanya digunakan satu kali oleh Rasul Paulus, di dalam suratnya yang kedua kepada Timotius. Hal itu menunjukkan bahwa pengilhaman Alkitab bukan didasarkan atas respons para pendengarnya, atau atas pengalaman subjektif para penulisnya, melainkan atas fakta bahwa “segala tulisan dihembuskan Allah”. Inilah arti harafiah kata yang diterjemahkan “diilhamkan itu”. Jadi, kitab suci mengklaim bahwa keberadaannya bukan hanya memberi ilham melalui suatu cara tertentu, atau ditulis oleh orang-orang yang mendapat ilham dari Allah, melainkan bahwa kitab suci itu sendiri seluruhnya “dihembuskan oleh Allah”.
Ilham diartikan sebagai pengaruh supraalami dari Roh Allah pada penulis-penulis Alkitab, yang menjamin bahwa segala yang mereka tuliskan adalah apa yang dikehendaki Allah dan apa yang telah disepakati dengan Allah untuk mereka tuliskan guna memberikan kebenaran Allah. Karena itu, dengan tepat apa yang mereka tuliskan disebut dengan “diilhamkan”, yang dalam bahasa Yunaninya adalah “theopneustus”, harfiah, “dihembuskan oleh Allah” (II Tim 3:16). Karena Alkitab ditulis dan dinyatakan Allah dan terdapat pekerjaan Roh Kudus di dalamnya, maka dalam pengilhaman Alkitab terdapat kesaksian Kristus dan kesaksian Roh Kudus. Sikap imam dalam hal ajaran ilham Alkitab, seperti dalam hal segala ajaran, adalah sikap menerima karena kesaksian Allah. Kesaksian Allah bukan merupakan kesaksian fiksi, tetapi merupakan kesaksian nyata yang sungguh-sungguh terjadi. Dengan kesaksian-kesaksian tersebut, setiap umat percaya dapat yakin bahwa Allah memang berkuasa untuk melakukan segala sesuatu yang dikatakannya dengan baik bagi kehidupan umat-Nya. Oleh karena itu, umat Allah patut bersyukur memiliki Allah seperti itu, sebab tidak hanya dahulu saja Ia menyelamatkan umat-Nya tetapi sekarang dan sampai selama-lamanya, Ia akan terus-menerus menyelamatkan umat-Nya.
Pengilhaman berarti bahwa Allah yang disembah oleh orang Kristen mengadakan hubungan dengan umat-Nya pada zaman dahulu seperti orang Kristen sekarang yang dialami dalam ibadahnya: bahwa Allah hadir dalam situasi-situasi konkret yang mereka alami, menurut pola-pola dan taraf-taraf pemikiran waktu itu, Dia hadir dalam proses pembentukan tradisi mereka dalam proses kristalisasi tradisi itu menjadi skriptura. Maka cara kelahiran-Nya pada zaman itu tidak berbeda secara prinsip dengan cara yang masih digunakan tuhan dalam memperkenalkan diri kepada manusia.[4] Pengilhaman Alkitab menjamin bahwa pemberitaan kebenaran yang telah dinyatakan pasti tidak salah. Ada anggapan bahwa tulisan yang sudah selesai adalah “theopneustos”, tepat seperti apa yang dikehendaki Allah untuk mengumumkan kebenaran tentang penyelamatan.
“Allah mengawasi sedemikian rupa sehingga para penulis Alkitab itu menyusun dan mencatat tanpa kekeliruan pesan-Nya kepada manusia dalam bentuk kata-kata pada penulisan aslinya”. Kata mengawasi memberikan pekuang adanya warna-warni hubungan antara Allah dengan para penulis dan bahan yang beragam. Pengawasannya kadang-kadang sangat langsung dan adakalanya kurang, namun senantiasa meliputi penjagaan agar para penulis menulisnya dengan teliti. Kata ‘menyusun’ menunjukkan bahwa para penulis bukanlah penulis steno yang pasif yang sekadar mencatat apa yang Allah diktekan, tetapi justru sebagai penulis yang aktif menyusun atau mengarang. Kata ‘tanpa keliru’ menyatakan penegasan Alkitab sendiri sebagai kebenaran (Yoh. 17:17).[5] Pengilhaman dikaitkan dengan tulisan aslinya, bukan dengan salinan ataupun terjemahan bagaimanapun telitinya.
Terdapat istilah ‘ keilhaman-harfiah’, istilah ini mengandung suatu konsep bahwa Alkitab tidak hanya diilhamkan dalam garis-garis besarnya, yaitu tidak hanya dalam ide-ide atau berita yang terkandung di dalamnya, melainkan juga bahwa bentuk harafiah Alkitab itu, baik urutan kata maupun urutan kalimat, diilhamkan  oleh Allah secara teliti. Maka dapat dikatakan bahwa seratus persen Alkitab bebas dari kesalahan. Dengan demikian terciptalah kesan bahwa kata-kata Alkitab dalam rumusannya yang ‘sah’ itu dapat dikenakan secara langsung, sebagi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam bidang iman dan etika. [6]

Penyimpangan Doktrin Pengilhaman Yang Alkitabiah

Penyimpangan-penyimpangan dari doktrin pengilhaman yang Alkitabiah, yaitu:[7]
1.      Pengilhaman alamiah, memandang para penulis Alkitab adqalah para jenius yang tidak memerlukan bantuan adikodrati dalam menuliskan Alkitab.
2.       Pengilhaman dinamis atau mistis, memandang para penulis lebih dari sekedar jenius alami tetapi juga dipenuhi Roh Kudus dan dipimpin oleh Roh Kudus.
3.      Pengilhaman bertingkat, mengatakan bahwa segenap Alkitab diilhamkan namun tidak sama derajatnya.
4.      Pengilhaman sebagian mengajarkan bahwa memang sebagian Alkitab diilhamkan tetapi ada sebagian yang tidak diilhamkan.
5.      Pengilhaman konsep, menganggap pesan yang berwibawa diberikan secara konsepnya saja, tetapi pemakaian kata-katanya bisa salah.
6.      Pengilhaman barthiah menganut pandangan yang menyimpang dan berbahaya dan pandangan yang masih dipropogandakan oleh banyak orang.

Doktrin Yang Benar Tentang Pengilhaman Alkitab

Pengilhaman merupakan suatu bentuk yang spesifik dari pewahyuan ilahi, yang mana Allah melalui karya Roh Kudus, memilih manusia untuk mencatat kebenaran-Nya yang dinyatakan dalam bahasa manusia, sebagi firman yang tanpa salah dan tertulis bagi umat-Nya. Dalam teologi, ini disebut sebagi proses akomodasi ilahi. Oleh karena itu, pengilhaman dapat dikatakan  sebagi tindakan Allah yang penuh kasih, yang mana Allah menyatakan diri-Nya sendiri kepada manusia.[8]
Doktrin pengilhaman bukan merupakan sesuatu yang dipaksakan oleh para teolog terhadap Alkitab, tetapi merupakan ajaran Alkitab sendiri, suatu kesimpulan yang didapat dari data yang ada di dalamnya. Ada beberapa data yang relevan yang disuguhkan dalam Alkitab dan berbicara kepada setiap orang percaya, yaitu:[9]
1.      II Timotius 3:16-17
2 Timotius 3:16-17, “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.” Ayat ini memberitahukan kita bahwa Allah mengilhamkan Kitab Suci secara keseluruhan dan bahwa hal itu bermanfaat untuk kita. Bukan hanya bagian Alkitab yang berhubungan dengan pengajaran-pengajaran agama yang diilhamkan, namun setiap dan semua bagian, mulai dari Kejadian sampai Wahyu, adalah benar-benar Firman Tuhan. Alkitab merupakan otoritas dalam menentukan doktrin dan sudah cukup untuk mengajar manusia bagaimana dapat memiliki relasi yang bernar dengan Allah, ”mendidik orang dalam kebenaran.” Alkitab bukan hanya diilhamkan oleh Allah, namun juga mengubah kita dan membuat kita ”sempurna,” diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik. Rasul Pulus juga mengatakan bahwa semua tulisan (Yunani graphe), keseluruhan Alkitab diilhamkan dengan berfaedah;segenap Alkitab dinapaskan Allah; dan segenap Alkitab bermanfaat. Menurut penegasan-penegasan ini mengajarkan bahwa segenap Alkitab dating dari Allah untuk menunjukkan kepada umat-Nya tentang cara hidup mereka.
2.      II Petrus 1: 21
Ayat ini memberi tahu kita bahwa “Tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.” Ayat ini menolong kita untuk mengerti bahwa sekalipun manusia yang menuliskan Kitab Suci, kata-kata yang mereka tuliskan adalah kata-kata Tuhan sendiri. Meskipun Tuhan memakai orang-orang dengan keunikan pribadi dan gaya menulis yang berbeda-beda, Allah mengilhamkan setiap kata yang mereka tuliskan. Yesus sendiri mengkonfirmasikan pengilhaman Alkitab secara verbal dan menyeluruh ketika Dia berkata, “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi” (Matius 5:17-18). Yesus meneguhkan keakuratan Alkitab bahkan sampai deteil dan tanda baca yang terkecilpun – karena itu adalah kata-kata Tuhan sendiri. Ayat ini memberitahukan dengan jelas tentang Allah dalam memakai penulis manusiawi untuk menghasilkan Alkitab. Dan Roh Kudus mendorong atau mengangkat mereka. Meskipu Roh Kudus adalah kekuatan yang memimpin dan yang mengarahkan penulis agar tidak keliru, tetapi penulis juga harus memainkan perananya sendiri secara aktif dalam menuliskan Alkitab.
3.      I Korintus 2: 13
Dalam ayat ini, Paulus mengatakan bahwa wahyu Allah datang kepada umat-Nya yang mempunyai Roh dalam kata-kata dan disampaikan oleh Roh Kudus. Tuhan memilih dan memakai hal-hal yang terbatas, maka Ia pun menggambarkan hakekat keilahianNya dalam batas-batas yang dipilihNya itu. melalui bahasa dan budaya manusia namun dalam hikmat Roh Allah, firmanNya disampaikan kepada manusia
                       

Implikasi Pengilhaman


Otoritas Alkitab

Otoritas Alkitab timbul karena adanya pengalaman berpalingnya manusia kepada Allah. Setelah seseorang berpaling kepada Allah, maka ia tidak bisa tidak harus tunduk kepada Alkitab yang merupakan firman Allah yang berotoritas. Dalam II Timotius 3: 16-17, mengatakan bahwa Alkitab memiliki otoritas mutlak, di mana dikatakan bahwa Allah adalah standar untuk mengevaluasi dan memahami segala sesuatu yang lain. Alkitab berdiri sebagai hakim dari segala sesuatu dan tidak pernah dihakimi oleh sumber lain apapun. Alkitab berotoritas dalam masing-masing dan dalam setiap bidang kehidupan. Alkitab memberikan wahyu kepada setiap bidang kehidupan dalam firman Allah mengenai bagaimana seharusnya mereka berfungsi. Contohnya: keluarga (Kejadian 1: 26-28; 2: 24; Efesus 6: 1-4) berjalan sesuai dengan hokum keluarga, Gereja (Matius 16: 17-19) berjalan sesuai dengan hokum Gereja, pemerintah sipil (Roma 1: 1-7) berjalan sesuai dengan hokum sipil dan organisasi bisnis/ ekonomi (Efesus 6: 5-9; Kolose 3:22;4:1) berjalan sesuai dengan hokum ekonomi. Para reformator dan aliran protestan pada umumnya, mengklaim bahwa tanpa Alkitab tidak akan ada otoritas semu lain untuk eksis.[10]
Pandangan tentang otoritas yang menyingkirkan pandangan tentang otoritas semu lainnya. Tradisi-tradisi manusia, aliran mistik spiritual, pengalaman-pengalaman eksistensial, dan teologi ‘temuan/encounter’ relugius, semua ini diharamkan oleh prinsip ortodoks sola skriptura. Konsili-konsili dan sinode-sinode gereja ortodoks juga ikut berpegang terus pada Alkitab, yang dipandang sebagai satu-satunya sumber kebenaran. Semua harus diuji oleh standar tertinggi ini (Yesaya 8: 20)[11]

Ketidakkeliruan Alkitab

Ketidakkeliruan Alkitab harus dapat diterima tanpa syarat karena Alkitab diilhamkan oleh Allah dan Roh Kudus mengakuinya. Pengilhaman berhubungan dengan metode yang dipakai Allah untuk mencatat isi tersebut dengan benar dalam Alkitab. Ketidakkeliruan Alkitab adalah doktrin penting, jika disangkal atau diancarkan akan berbuahkan kekeliruan dalam doktrin dan kehidupan. Ketidakkeliruan Alkitab sama seperti inkarnasi di mana Allah mengambil kemanusiaan tetapi tidak dinodai sedikitpun oleh dosa, demikianlah Alkitab yang dihasilkan tidak dinodai oleh kekeliruan.[12]
Secara esensial, infallibilitas (ketidakkeliruan) Alkitab merupakan yang lebih menyeluruh yang di dalamnya terkandung juga konsep inerransi Alkitab. Jika diperhatikan, inerransi Alkitab bertujuan untuk mempertegas ide infabillitas Alkitab; sebaliknya infabillitas Alkitab menjamin adanya inerransi Alkitab. Dalam ide infabillitas (ketidakkeliruan) firman Allah, tergantung tiga unsur, yaitu:
1.      Alkitab adalah tidak memalsukan dan tidak bersalah.
2.      Alkitab adalah tidak gagal dan dapat dipercaya.
3.      Alkitab adalah tidak bersalah dan merupakan kebenaran.[13]
Walaupun inerransi tidak berarti Alkitab harus ada secara kronologis dalam kisah historis dan rincian atas kosmos, tetap secar keseluruhan ide infallibilitas memasukkan ide inerransi. Meskipun demikian, kedua ide teologis tersebut didasarkan pada pekerjaan Allah yang supranatural, di mana manusia pilihan Allah diinspirasikan oleh Roh Kudus secara organic di dalam konteksnya yang mula-mula, situasinya yang khusus, sehingga menghasilkan Alkitab sebagai firman Allah, untuk semua orang di segala zaman.[14]
            Dalam infallible, otoritas Alkitab adalah tanpa cacat, tanpa cela, mutlak dan mencakup seluruhnya. Alkitab tidak dapat dikontradiksikan, dilanggar, dabaikan, atau dilawan dengan cara apapun tanpa mendapat hukuman. Sebagaimana juga dalam inerrant, Alkitab mempunyai kualitas yang bebas dari kesalahan historis; Alkitab tidak mungkin salah; Alkitab tidak mengatakan yang bertentangan dengan kenyataan; Alkitab mencatat sejarah secara akurat dan sempurna.
            Alkitab berasal dari Allah, berarti Alkitab bebas dari kesalahan dan sangat diyakini bahwa Alkitab tidak mungkin mengantar pembacanya ke dalam pendapat yang salah. Maka Alkitab dapat dikatakan bebas dari kesalahan teologis. Berarti jika Alkitab menjelaskan tentang kejadian-kejadian sejarah, maka kejadian itu sungguh-sungguh terjadi, bukan suatu legenda. Dan apabila Alkitab menjelaskan tentang keimanan dan moral, itu mutlak benar dan wajib diterima. Apabila seseorang telah dapat menafsirkan Alkitab secara tepat, maka ia dapat melihat kebenaran yang mutlak yang terdapat dalam Alkitab. Dalam buku karangna James Barr, dikatakan bahwa orang fundamentalis menganggap ada keterkaitan antara historis dan teologis saling memiliki keterkaitan, sehingga dia menyangkal jika terjadi kesalahan historis maka secara teologis juga salah.

Ketaatan Pada Alkitab
Ketaatan merupakan cara umat Allah untuk menjadi “pelaku-pelaku” firman dan bukan hanya sekedar “pendengar-pendengar” atau “pembaca-pembaca” firman. Jika seseorang mau taat, berarti orang tersebut mau menaklukkan diri kepada otoritas Alkitab. Yesus Kristus sendiri hidup dalam kataatan dan rendah hati kepada firman Allah, menaati perintah-perintah-Nya dan juga mempercayai janji-janji-Nya. Oleh karena itu, sebagi umat Allah tak ragu lagi hidup dalam ketaatan, sebab dikatakan bahwa hamba tidaklah lebih besar daripada tuannya.[15]
Umat Israel membuktikan kasih mereka kepada Allah dengan menaati Dia, demikian hendaknya dengan umat Kristen sekarang di mana mereka harus membuktikan kasihnya kepada Kristus melalui ketaatannya pada perintah-perintah-Nya seperti yang tertulis dalam Yohanes 14: 15, 21, 23, 24. terdapat suatu pernyataan bahwa langkah awal untuk menuju kesucian hidup ialah mengetahui terlebih dahulu tentang yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan bagi Allah. Setelah memahami pernyataan ini, umat Kristen seharusnya hidup sesuai dengan Alkitab, seperti yang tertulis dalam I Korintus 4: 6, sebab tidak ada cara lain yang lebih pasti untuk dapat hidup sesuai kehendak-Nya. Hal ini meliputi kebenaran social maupun pribadi. Karena kehendak Allah dalam firman-Nya untuk umat adalah bahwa Allah bertalian dengan keseluruhan hidup umat-Nya. Ia mengajar umat-Nya untuk mengasihi Allah, mengendalikan hidupnya, dan mengasihi serta melayani sesama manusia.[16] Penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah akan membuat orang tersebut mau taat kepada firman Allah. Ketaatan ini dapat membuat orang tersebut lebih memiliki hidup yang terarah di dalam Tuhan.

Teori Pengilhaman
Banyak orang mengatakan bahwa Alkitab berupa legenda dan buku biasa saja. Hal ini merupakan penghinaan bagi umat Kristen dan secara langsung menghina firman Allah.
Teori Instuisi (Naluri)
Teori ini menjadikan soal pengilhaman lebih merupakan wawasan tingkat tinggi dan juga  merupakan ilham sebagai penglihatan yang sangat tajam, dimana penulis dianggap genius karena memiliki kemampuan berimajinasi yang tinggi.
Teori Iluminasi (Pencerahan)
Teori ini beranggapan bahwa dalam teori ini ada pengaruh Roh Kudus pada penulis Kitab Suci, namun pengaruh tersebut sekadar berfungsi untuk meningkatkan kemampuan alamiah mereka.[17]
Teori Dimanis (Sebagian)
Teori ini menekankan pedrpaduan unsur-unsur ilahi dan unsur-unsur manusiawi dalam proses pengilhaman dan penulisan kitab suci dimana dalam teori ini menekankan keterlibatan antara dua pribadi yaitu Allah dan manusia dalam proses pengilhaman dan penulisan Alkitab. Menurut pandangan ini hati para penulis diperbaharui oeh Tuhan Allah, sehingga pengilhaman identik dengan jkelahiran kedua kali. Pengilhaman ialah kecakapan yang diberikan oleh roh Kudus di dalam jabatan sebagai penulis.[18]
Teori Verbal
Teori verbal merupakan salah satu teori dalam pengilhaman dimana Roh Kudus berperan aktif untuk membantu para penulis dalam pengilhaman supaya jangan tersesat sehingga apa yang ditulis sesuai dengan kehendak Tuhan Allah. Teori ini menegaskan bahwa pengaruh Roh Kudus menjangkau lebih jauh daripada sekadar mengarahkan pemikiran, ide atau konsep yang akan ditulis. [19]
Teori Dikte
Teori ini mengajarkan bahwa Allah benar-benar mendiktekan isi Alkitab kepada para penulis Alkitab dimana antara Allah dengan penulis membuat suatu kesepakatan yang telah disepakati oleh penulis dan Allah sendiri.
Cara Allah yang memberi ilham pada penulisan Alkitab adalah berbeda dengan konsep suatu kalangan tentang pewahyuan langsung (tanpa sentuhan manusia). Pengilhaman penulisan Alkitab adalah sebagai berikut :
1. Alkitab bukanlah kumpulan ayat-demi-ayat, dimana setiap katanya didiktekan secara langsung dan mutlak oleh Tuhan tanpa sentuhan manusia. FirmanNya yang "dimasukkan" ke dunia dan tinggal di dunia untuk berkomunikasi dengan manusia melalui panca-indera dan nalarnya, ternyata justru memilih unsur-unsusr dunia yang terbatas, seperti: tempat, waktu, budaya dan bahasa-dunia. Karena Tuhan memilih dan memakai hal-hal yang terbatas, maka Ia pun menggambarkan hakekat keilahianNya dalam batas-batas yang dipilihNya itu. melalui bahasa dan budaya manusia namun dalam hikmat Roh Allah, firmanNya disampaikan kepada manusia (1 Korintus 2:13).
 2. Kalimat-kalimat di dalam Alkitab itu tidak seluruhnya berupa perkataan yang disabdakan secara langsung oleh Tuhan, melainkan ada pula berupa kisah-kisah yang ditulis dengan menggunakan tangan penulis, namun semua didasari pada ilham Roh Kudus kepada para penulisnya. Berita kebenaran Alkitab ditulis manusia yang tetap diberi kebebasan untuk menggunakan bakat dan gaya penulisan, huruf dan bahasa mereka masing-masing. Dengan demikian, hasil tulisan setiap penulis terkait dengan budaya dan kepribadian serta pengalamannya. Namun semuanya telah dituntun oleh Roh Kudus untuk menghasilkan Firman-Nya yang dituangkan secara benar, perlu dan cukup, didalam batas-batas pengertian yang mampu diungkapkan melalui rangkaian abjad dunia yang terbatas. Oleh dorongan Roh Kudus orang-orang yang diilhami itu berbicara atas nama Tuhan (2 Petrus 1:21)
3. Alkitab bahkan tidak memuat seluruh perkataaan mujizat dan perbuatan Allah atau nabiNya selama karya utusanNya dibumi. Alkitab menerangkan bahwa kelengkapannya tidak ditentukan oleh mutlaknya jumlah ayat dan pasal hukum untuk menjawab setiap masalah dunia kini dan nanti, melainkan lengkap dalam arti cukup untuk menyampaikan maksud dan kehendak Tuhan untuk menyelamatkan manusia, dan bahwa Yesus Kristus itulah Juru selamatnya. Hal ini tertulis antara lain Yohanes 20:30,31. Kitab-kitab Injil juga tidak perlu memuat semua ucapan dan perbuatan Yesus selama Ia tinggal di dunia.
4. Dalam banyak hal, Tuhan menyampaikan pesanNya melalui perumpamaan-perumpamaan sederhana. Padahal mustahil perumpamaan-perumpamaan itu dapat menggambarkan secara mutlak kebenaran yang diumpamakan. Yang bisa sempurna menggambarkan sesuaru agaknya hanyalah duplikat atau kembaran atau foto-copy canggih dari gambar aslinya. Mustahil ada perumpamaan yang seratus persen sempurna menyamai rincian-rincian aslinya. Ketidak sempurnaan ini hanya dapat diartikan bahwa penggambaran dan pengungkapan Firman Tuhan dengan menggunakan perumpamaanpun tidaklah sempurna secara mutlak, kecuali lebih memberikan pemahaman dan pesan-pesan pokok Firman Tuhan.
5. Teks, Alkitab saja belum memberikan seluruh makna kebenaran Alkitab bukan sekadar teks, melainkan Firman Tuhan yang hidup. Ia bukan hanya pesan yang tersurat melainkan juga tersirat. Bahkan merupakan pesan ilahi yang baru dapat dimengerti secara penuh bilamana hati pembacanya diberi pengertian khusus oleh Roh Allah (devine illumination) Orang-orang Yahudi, walaupun mengenal Abraham, Musa dan taurat telah ditegur oleh Yesus karena tidak mengenal "bahasanya Taurat", yaitu FirmanNya. Kebenaran penuh dari Kitab Suci tidak terletak pada kesempurnaan susunan kalimat, kelengkapan jumlah huruf dan semantika teksnya, melainkan pada kelengkapan pengertian yang diberikan oleh Roh Kudus atas teks tersebut.

Akibat Pengilhaman
Beberapa akibat dari pengilhaman Alkitab, yaitu:
Inspirasi Dan Kanon
Manurut Bruce, kenyataan dalam kitab-kitab PB digabungkan dengan kitab-kitab PL, dimana secara wajar dapat disimpulakan bahwa semua kitab-kitab tersebut nyata diilhamkan Allah.
Inspirasi Dan Kesatuan
Kesaksian Alkitab merupakan wahyu ilahi, dimana kesaksian tersebut langsung diungkapkan Allah pada penulis sehingga hal ini menunjukkan inspirasi Alkitab.
Inspirasi Infallibility Dan Inerrancy
Inspirasi mencakup infallibility dan inerrancy yang menjadi dasar kita untuk menerima Alkitab dimana Alkitab diilhami oleh Allah.
Inspirasi dan sifat yang dipercaya (trust worthiness)
Bagi yang menerima ketidak bersalahan Alkitab baik dari segi pesannya (infallibility) dan ketetapan sumbernya (inerrancy), otomatis menerima bahwa Alkitab sepenuhnya dipercaya bahkan mereka membela sifat ketidakbersalahan Alkitab supaya sifat yang dipercaya ini ditegakkan.





III. KESIMPULAN


Alkitab diyakini sebagai kumpulan dari beberapa kitab yang bukan hanya ditulis oleh orang-orang yang mendapat ilham dari Allah tetapi Alkitab juga diyakini sebagai perkataan yang dihembuskan Allah. Alkitab digunakan Allah untuk menyatakan diri, karya, dan firman-Nya guna mengembalikan suatu struktur persekutuan Allah dengan manusia yang telah rusak karena dosa. Meskipun para penulis diberi kebebasan oleh Allah untuk mengekspresikan tulisan-Nya, namun Allah tetap memimpin mereka agar penulis tidak salah dalam menyampaikan pesan Allah dalam kata-kata manusia. Adanya bermacam-macam penyimpangan dalam pengilhaman mengharuskan setiap pembaca Alkitab untuk membaca dengan hati-hati segala sesuatu dalam Alkitab. Pembaca dapat menguji kebenaran doktrin Alkitab berdasarkan data Alkitabiah. Alkitab memiliki otoritas yang mutlak, di mana dikatakan bahwa Alkitab merupakan standar untuk mengevaluasi dan dan memahami segala sesuatu yang lain. Alkitab berasal dari Allah, berarti Alkitab bebas dari kesalahan yang sangat diyakini bahwa Alkitab tidak mungkin mengantar pembacanya ke dalam pendapat yang salah. Di dalam firman-Nya, Allah memenuhi umat-Nya dalam hidup rohani dan dengan firman tersebut, Allah mengajar, memperbaharui, menumbuhkan, menghibur dan menguatkan semua umat-Nya. Oleh karena itu, hendaklah umat Allah taat terhadap apa yang dituliskan Alkitab karena ketaatan merupakan cara umat Allah untuk menjadi “pelaku-pelaku” firman dan bukan hanya sekedar “pendengar-pendengar” atau “pembaca-pembaca” firman. Jika seseorang mau taat, berarti orang tersebut mau menaklukkan diri kepada otoritas Alkitab dan berarti ia telah percaya dan telah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan.



[1] J D Douglas dan N Hillyer, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid I, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1992) Hal 28.
[2] Klaus Koch, Kitab Yang Agung, (Jakarta: BPK Gunung mulia, 1993), Hal 1
[3]Daniel Lucas Lukito. Pengantar Teologi Kristen 1. (Bandung: Yayasan Kalam Hidup). Hal 87.
[4] James Barr, Alkitab Di Dunia Medern, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,1993) Hal 29.
[5] Charles C. Ryrie, Teologi Dasar, (yogyakarta:ANDI, 1991), Hal 94.
[6] James Barr, Alkitab Di Dunia Medern, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,1993) Hal 25.
[7] Charles C. Ryrie, Teologi Dasar, Hal 96-100.
[8]Togardo Siburian, Sola Scriptura dan Pergumulan Masa Kini, (Bandung: STTB,2005) Hal 1.
[9] Charles C. Ryrie, Teologi Dasar  Hal 89-95.
[10] W.Gary Crampton,Alkitab:Firman Allah, (Surabaya: Momentum, 2000) Hal 50-51.
[11] Ibid
[12] Charles C. Ryrie, Teologi Dasar, Hal 102,110.
[13] Togardo Siburian, Sola Scriptura dan Pergumulan Masa Kini, Hal 37.
[14] W.Gary Crampton,Alkitab:Firman Allah, Hal 52-53.
[15] Ibid,Hal 202
[16] Ibid,Hal 202-203.
[17]Millar J.Erickson. Teologi Kristen volume satu. (Jawa Timur: Gandum Mas, 2004) Hal 329.
[18] Harun Hadiwijono, Iman Kristen. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991). Hal 59.
[19]Mangapul sagala, Otoritas Alkitab: teori pengilhaman dan ketidak bersalahan Alkitab. (Jakarta. Persekutuan Kristen Antar Universitas.1997) Hal.32 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar