I. Pendahuluan
Kata logos adalah
istilah filsafat yang mengandung arti yang sangat luas dan filosofis dalam
dunia yunani. Jauh sebelum Rasul Yohanes menuliskan injilnya, sudah banyak yang
memakai kata ini dalam dunia filsafat dan dalam agama serta alam semesta.
Tetapi konsep logos ini sangat berbeda-beda ditafsir oleh banyak orang yang
salah satunya adalah rasul Yohanes.
Ada beberapa alasan penulis membahas
mengenai konsep logos dalam Injil Yohanes, yaitu, pada zaman Yohanes, kata logos (firman) dipakai oleh
begitu banyak orang, dengan begitu banyak arti, sehingga artinya menjadi sangat
luas. Kata logos menunjuk pada apa yang diekspresikan manusia, sehingga
diterjemahkan “kata”, “ucapan”, “pesan”, atau “firman”, tetapi kata firman juga
dapat menunjuk pada apa yang menetap dalam pikiran manusia, sehingga
diterjemahkan “pikiran”, “akal”, atau “logika”. Karena itu, menarik untuk
mengkaji konsep logos dalam Injil Yohanes.
Penulis
memilih Injil Yohanes karena melihat Injil Yohanes memiliki keunikan sendiri
dibandingkan ketiga Injil lainnya. Di mana Injil Yohanes langsung menekankan
pentingnya identitas Yesus sebagai Allah dan manusia serta karya-Nya untuk
dunia. Selain itu penulis juga melihat bahwa Injil Yohanes memiliki pendekatan tersendiri
dalam menjelaskan Yesus sebagai Mesias, Anak Allah. Injil Yohanes sepertinya
lebih bersifat kontekstual, hal itu terlihat dari pemakaian istilah logos yang
dipakai dalam prolognya. Selain itu, istilah logos muncul 128 kali dalam Injil. Istilah ini muncul 40 kali dalam
Yohanes, 32 kali dalam Matius, 23 kali dalam Markus dan 32 kali dalam Lukas.
Terlihat penggunaan istilah logos lebih dominan dalam Injil Yohanes dibanding
tiga Injil lainnya. Jumlah yang dominan ini memperlihatkan bahwa pembahasan mengenai
konsep logos dalam Injil Yohanes adalah perlu.
Dalam paper ini, penulis menjelaskan bagaimana
pandangan-pandangan orang Yahudi, Yunani, dan juga pandangan Yohanes terhadap
logos. Dan bagaimana persamaan pandangan orang yunani dan yahudi terhadap logos?
II. Pandangan-Pandangan
Terhadap Logos
Kata logos berasal dari bahasa Yunani yang artinya perkataan
atau kata.[1] Dalam
injil Yohanes Konsep logos dapat kita ketahui dari beberapa pandangan yang
diuraikan oleh beberapa pandangan umum yaitu menurut pandangan orang Yunani,
yahudi, menurut pandangan Rasul Yohanes, dan juga menurut pandangan orang
Kristen. Berikut adalah penjelasan dari pandangan- pandangan tersebut.
Logos Menurut Pandangan Yunani
Ada banyak pandangan ajaran Filsafat Yunani mengenai konsep
logos, namun dalam bagian ini penulis hanya membahas dua pandangan, yaitu
Heraclitus dan Stoa. Penulis memilih kedua pandangan ini karena penulis melihat
adanya kesejajaran pemikiran Heraclitus dan Stoa yang sangat menekankan bahwa
logos hanyalah suatu akal yang bersifat ilahi yang mengatur dunia dan bukanlah
suatu pribadi.
Menurut Pandangan Heraclitus
Sekitar tahun 500 BC seorang filsuf yang bernama Heraclitus
menjadi filsuf pertama yang mengembangkan kata Firman. Ide dasar Heraclitus
adalah bahwa segala sesuatu ada di dalam keadaan berubah-ubah.[2]
Namun perubahan itu bukanlah suatu kebetulan, semua perubahan itu terkemudikan
dan diatur, mengikuti pola yang terus-menerus sepanjang waktu. Dan yang
mengendalikan pola tersebut adalah logos, firman dan nalar atau pikiran Allah.[3]
Bagi Heraclitus, logos adalah dasar keteraturan yang menyebabkan alam semesta
ini tetap ada, dan hanya logos itulah yang tidak berubah. Bagi Heraclitus,
logos selalu ada dan segala sesuatu terjadi melalui logos ini. Menurutnya di
dunia ada suatu ‘akal’ atau ‘pikiran’ yang bekerja secara ilahi, yaitu logos
ilahi atau akal Allah sendiri yang mutlak dalam ekspresi diri-Nya, namun tidak
berpribadi. Logos adalah ‘ekspresi’ dari Yang Maha Tinggi, di mana ia
memperkenalkan dirinya sendiri dalam dunia dengan ‘percikan kecil’ dan
‘terbatas’ dalam apa yang disebut ‘prinsip spermatikos logos’ pada tiap-tiap
manusia. Prinsip logos seperti inilah yang membuat keteraturan dunia, sehingga
tidak kacau. Baginya Firman adalah akal ilahi, atau rencana ilahi yang mengatur
semesta alam.[4]
Menurut Pandangan Stoa
Stoa mengembangkan doktrin Heraclitus. Kemudian Stoa
memahami logos sebagai prinsip rasional dari segala sesuatu yang hidup, dan
pokok dari rasional jiwa manusia. Para pengikut Stoa selalu terpukau akan
keteraturan dunia. Menurut mereka segala sesuatu dikendalikan oleh logos Allah.[5]
Logos adalah kekuatan yang memberikan makna kepada dunia; kekuatan yang membuat
dunia menjadi teratur; kekuatan yang menggerakkan dunia dan membuatnya tetap
bergerak dalam keteraturannya yang sempurna. Logos menembus segala sesuatu.[6]
Kaum Stoa memahami Firman dengan istilah ‘logos universal’ yang merupakan
‘kuasa’ melalui ‘hukum’ yang mengatur semua benda, musim, bintang dan
keteraturan tatanannya. Manusia wajib hidup sesuai dengan hukum kosmopolitan
yang sudah diatur oleh logos tersebut, yang kemudian dapat diidentifikasikan
sebagai ‘terang ilahi’ dalam dunia ini. Jadi, bagi kaum Stoa kata logos
menunjuk pada prinsip akal yang olehnya segala sesuatu berada, dan yang
merupakan inti dari akal manusia.[7]
Logos Menurut Pandangan
Yahudi
Bagi orang Yahudi yang berlatar- belakang dari perjanjian lama, logos
diartikan sebagai berikut:[8]
1.
Logos
adalah “hikmat”, yaitu hikmat yang dipersonifikasikan (Amsal 8:22-31). Di mana
hikmat telah ada bersama dengan Allah sebelum segala sesuatunya diciptakan
Allah bahkan hikmat ini dikatakan sebagai pencipta dan mempunyai relasi yang
intim dengan Allah. Konsep logos dalam injil yohanes berakar dalam perjajian
lama, dan mengandung arti hikmat dan kuasa dan yang mempunyai hubungan dengan
Allah.
2.
Logos
adalah kuasa, di mana dikatakan bahwa Firman Tuhan langit telah dijadikan, dan
Firman itu keluar dari mulut Allah, dan Firman itu berkuasa.
Menurut Pandangan Philo
Philo(20BC-50AD), seorang Yahudi di Alexandria, sangat gemar dan luas
sekali dalam memakai istilah logos. Ia menggabungkan pemikiran Perjanjian lama
dan filsafat sebagai The second God atau God in action. Ia melihan logos
sebagai perantara antara Allah
yang transenden dengan dunia materi yang nyata.[9] Bagi Philo, logos mengindikasikan
pengertian Platonik yaitu ‘dunia ideal untuk mengkopi dunia nyata ini’. Di mana
logos juga adalah ‘manusia asli’ yang ideal, yaitu ‘gambar Allah’ sendiri dan
pikiran logos adalah pikiran Allah. Dan berdasarkan Stoikisme, logos adalah
‘prinsip rasional’ dari dunia yang berdimensi dua: akal (reason) dan kata
(word). Kedua pemikiran Yunani ini bercampur dalam pemahaman Philo tentang logos. Namun bagi
pemikiran helenistik, logos adalah ‘Theos’ tetapi bukan ‘ho Theos’, jadi
kesempurnaan atau keilahiannya tidak lengkap sehingga logos dalam pemikiran Philo adalah ‘tempat manifestasi’
Allah sendiri dan logos dapat ‘dipersonifikasikan’ menjadi seseorang, tetapi
tidak berarti berpribadi dan posisinya sebagai ‘Allah bawahan’. Dengan kata
lain bagi Philo,
kata firman dapat menunjuk pada manusia yang ideal, tetapi manusia yang ideal
itu tidak menjelma menjadi manusia yang sejati.[10]
Philo
berpendapat bahwa logos adalah hal yang tertua di dunia dan merupakan alat yang
dipakai oleh Allah untuk menciptakan dunia. Philo berpendapat bahwa logos adalah
pikiran Allah yang dimateraikan ke atas alam semesta. Philo berbicara tentang logos yang
dipakai Allah menciptakan dunia dan segala sesuatu. Philo mengatakan bahwa Allah, sang
pengendali alam semesta, memegang logos itu seperti seorang pembajak sawah dan
dengan logos itu, Ia mengemudikan segala sesuatu. Philo juga mengatakan, bahwa pikiran
manusia telah dimateraikan dengan logos, dan bahwa logos itu memberi manusia
nalar, kemampuan untuk berpikir dan kemampuan untuk mengetahui sesuatu. Logos
adalah pengantara antara dunia dan Allah dan bahwa logos adalah iman yang
memperhadapkan jiwa kepada Allah. Konsep logos digunakan oleh Philo dalam berbagai implikasi untuk
menjadi konsep tentang satu pengantara antara Allah yang transenden dengan alam
semesta, satu kuasa aktif yang langsung dalam penciptaan dan pewahyuan.
Logos Menurut Pandangan Rasul Yohanes
Injil Yohanes sangat berbeda dengan injil lain dan
dengan para filsuf lain dalam menafsirkan logos, dan dalam injil ini, Yohanes
memulai dengan sebuah pernyataan yang luar biasa mengenai Yesus Kristus.[11] Rasul Yohanes menuliskan pandangannya
terhadap logos melalui pengaruh dari
beberapa pandangan yang telah ada sebelumnya, yaitu melalui latar belakang
Yahudi maupun Yunani. Hal ini mempermudah pembaca untuk mengerti tentang konsep
logos baik orang Yahudi maupun non-Yahudi. Dalam penulisan ini, Rasul Yohanes
dipimpin oleh Roh Kudus untuk menggunakan konsep yang ada pada waktu itu untuk
menyatakan maksud Allah kepada manusia, yang pada akhirnya menyatakan Allah
sendiri kepada manusia. Dalam hal ini kita dapat melihat bahwa Rasul Yohanes
mengatakan bahwa Firman itu adalah Allah bukan hanya sekadar hikmat, kuasa atau
reason seperti yang dikatakan oleh orang-orang Yahudi.
Dalam injil
Yohanes, menyebutkan hanya empat kali bahwa logos itu adalah Yesus. Menurut
yohanes nama itu memiliki arti yang sangat penting. Arti dari kata ini sangat
sulit ditentukan. Yohanes mengawali Injilnya dengan menyebut Yesus “Firman itu”
(Yun. Logos). Dengan menggunakan istilah ini bagi Kristus, Yohanes
memeperkenalkan-Nya sebagai Sabda Allah yang pribadi dan menunjukkan bahwa pada
zaman akhir ini Allah telah berbicara kepada manusia melalui Anak-Nya (Ibrani
1:1-3).
Tujuan penulisan Injil Yohanes yaitu “supaya kamu percaya,
bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup
dalam nama-Nya” (Yoh. 20:31) juga dibahas dalam Yoh. 1:1-18. Namun dalam
Yohanes memakai kata Logos untuk identitas Allah yang berinkarnasi dalam diri
Yesus. Dalam injil
Yohanes ada tiga pernyataan yang mengungkapkan Kristologi Logos:
(a)
Logos
adalah Allah yang kekal (1:1),
Kata logos yang ada dalam Yohanes 1:1 mengatakan bahwa Kristus adalah
Firman yang kekal. Dapat kita lihar dalam bahasa aslinya bahasa Yunani di mana
dalam bahasa Yunani dikatakan:
En avrch/| h=n o` lo,goj( kai. o` lo,goj h=n pro.j to.n qeo,n( kai. qeo.j
h=n o` lo,gojÅ
Kata logos pada ayat ini merupakan
suatu ungkapan, di mana melalui kata-kata kita ungkapkan kata-kata kita
sehingga kata logos yang ada dalam ayat ini adalah Firman Allah yang berarti
Tuhan yang mengungkapkan diri-Nya sendiri, dengan cara yang dapat didengar dan
dimengerti oleh manusia. Kristus bukan hanya pernyataan Allah, tetapi Ia selalu
tetap tidak lain daripada Allah sendiri.[12]
(b)
Logos
adalah terang (1:4-5),
Kata terang di sini berkaitan dengan
ayat sebelumnya. Karena kristus yang menciptakan sebaga sesuatu, pastilah Ia
merupakan pancaran hidup. Dialah pemberi hidup. Seperti kata terang in I dapa
kita lihat dalam bahasa Yunani, yaitu
evn auvtw/| zwh. h=n( kai. h` zwh. h=n to. fw/j tw/n avnqrw,pwn\
kai. to. fw/j evn th/| skoti,a| fai,nei( kai. h` skoti,a auvto. ouv
kate,labenÅ
Kata terang dalam ayat ini adalah
merupakan salah satu gelar Yesus. Artinya adalah dimana Allah adalah terang
manusia. Yang dibicarakan di sini adalah hubungan antara Allah dengan manusia.
Terang inilah yang akan menerang semua orang yang ada di dunia.dan terang itu
akan bercahaya dalam kegelapan dan hal ini memberikan gelar ilahi lain bagi
Kristus.[13]
Melalui hal ini dapat kita ketahui bahwa tersang itu adalah Allah.
(c)
Logos adalah Yesus yang menjelma menjadi manusia (1:14-18).
Sebelum segala sesuatu ada, Kristus sudah ada bersama
dengan Allah. Ia selalu hidup dan Dia sendiri adalah Allah. Allah telah menjadi
manusia sehingga logos dalam injil Yohanes telah menjadi manusia.[14] Dapat
kita lihat logos dalam bahasa aslinya:
Kai. o` lo,goj sa.rx evge,neto kai. evskh,nwsen evn h`mi/n( kai.
evqeasa,meqa th.n do,xan auvtou/( do,xan w`j monogenou/j para. patro,j( plh,rhj
ca,ritoj kai. avlhqei,ajÅ
Dalam ayat
yang ke-14 ini dapat kita ketahui bahwa logos itu telah menjadi manusia. Dan
logos yang telah menjadi manusia itu dapat kita lihat dalam diri bahwa Juruselamat
sendiri yang menjadi manusia. Ia menjadi manusia sempurna yang tidak berdosa,
tanpa salah, tanpa noda. Dia adalah manusia yang sempurna. [15]
III. Persamaan Konsep Logos
Menurut Orang
Yunani Dengan Yahudi
Secara ringkas bagi orang Yahudi, logos adalah maha kuasa dan dunia
diciptakan oleh logos. Bagi Yunani dunia dipelihara oleh logos karena logos
mempunyai prinsip yang rasional. Namun, nampaknya baik Yahudi maupun Yunani
mempunyai banyak persamaan dan sama-sama setuju bahwa logos adalah:[16]
1. Sebagai awal mula dari segala yang ada. Hal ini dapat
kita lihat dari pandangan Yohanes, di mana dia menulis bahwa segala sesuatu
dijadikan melalui Dia dan tanpa Dia tidak ada
sesuatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dan dengan
jelas dapat kita lihat melalui injilnya, Yohanes mengatakan bahwa Allah
menciptakan dunia melalui logos.
2. Mempunyai unsur kekuatan yang mengatur alam semesta. Di
mana logos tidak pernah berubah walaupun dunia berubah, sehingga logos inilah
yang akan mengatur, menjaga bumi, alam semesta ini. logos dianggap sebagai jiwa
dunia, dan ternyata masih banyak yang masih malu-malu mengatakan bahwa logos
adalah Allah. Tetapi dengan tegas Rasul Paulus mengatakan bahwa logos (Firman)
itu adalah Allah.
3. Merupakan pernyataan Diri Allah atau God’s
self-expression. Logos merupakan dunia Allah yang disebut logos endiatheos.
Tetapi pada saat yang sama logos juga menyatakan diri dan sifat Allah melalui
perkataan, atau yang disebut logos prophorikos. Namun, di sini Rasul Yohanes
dengan tegas mengatakan bahwa tidak seorang pun yang pernah melihat Allah,
tetapi anak tunggal allah yaitu logos, Dialah yang menyatakan-Nya. Inilah yang
merupakan kelebihan penting konsep logos Rasul Yohanes.
Menurut filsafat Yunani dan Yahudi, tidak ada penjelasan
yang memuaskan tentang logos, sehingga banyak orang yang mencari latar-belakang
dari filsafat Yunani dan Yahudi. Sebab di dalam pikiran kebudayaan mereka bahwa
kata Firman itu memainkan peranan yang cukup penting, khususnya dalam rangka
teologi Yahudi mengenai kebijaksanaan. Lebih khusus lagi dalam kata “gnosis”
sebagai latar-belakang untuk kata firman pada Yohanes. Tetapi mengenai gnosis
itu sendiri dapat dinyatakan sejauh mana aliran ini berkembang dari atau paling
sedikit sangat dipengaruhi oleh pemikiran Yahudi. Tambah lagi bahwa dalam
gnosis kata firman pasti tidak memainkan peranan yang sentral. Dari hal ini
kita tahu bahwa pemikiran ini ntidak mungkin mempengaruhi alam pikiran Yohanes.
Tetapi. Dengan latar-belakang itu akhirnya tidak diperoleh keterangan yang
jelas mengenai arti kata firman, sehingga Yohanes membuat konteks sendiri
terhadap logos.[17]
IV. Makna
Teologis Logos Pada Masa Kini
Dari beberapa pandangan yang telah dipaparkan penulis diatas, kita dapat
melihat makna teologis yang dari logos tersebut pada masa kini. Teologi logos merupakan hal yang
sangat penting di dalam kekristenan di sepanjang zaman, karena inkarnasi logos
merupakan titik awal penebusan Kristus di dunia. Logos telah
menjadi manusia yang digenapi dalam diri Yesus Kristus.
Pada zaman
Yohanes semua gologan pembaca dapat mengerti dengan konsep logos yang ditulis
oleh Rasul Yohanes, di mana dia menuliskannya berdasarkan wahyu, dan logos
mempunyai ciri yang unik yaitu di mana logos adalah Anak Allah, yang
berinkarnasi dalam rangka memperkenalkan Allah sepenuhnya.[18]
Firman itu telah ada sejak kekekalan dan sekarang telah menjadi manusia dan
Yohanes memberitakan kemuliaan-Nya. Wahyu tentang terang inilah yang dijabarkan
oleh Yohanes dalam injilnya. Yohanes memberikan sebuah ringkasan dari
teologinya di pendahuluan dan diinjilnya, di mana di dalamnya ia menjabarkan
wakyu tentang hidup dan terang melalui sang Putra dan juga menjabarkan dosa
yang menggelapi Dunia dan menolak terang itu.[19]
V. Kesimpulan
Melalui pemaparan di atas tentang
pandangan-pandangan tewrhadap logos, logos yang dimaksud dalam injil Yohanes menunjuk pada diri Yesus sebagai
Allah dan manusia. Tema logos dalam Yohanes yaitu “Firman adalah Allah yang
menjadi manusia” diarahkan untuk menyaksikan fakta Yesus sebagai “Anak Allah”
dan “Mesias” yang dijanjikan dengan segala perbuatan-Nya, supaya manusia dapat
mengenal Dia sebagai Perantara sejati untuk keselamatan. Memang kediaman-Nya
sebagai manusia di dunia, tetapi itu hanya untuk sementara saja. Namun
waktu yang sementara ini dipakai-Nya untuk membuktikan secara langsung kasih
dan anugerah-Nya yang begitu besar kepada manusia. Karena logos datang ke dunia dan menjadi manusia
hanya untuk menyelamatkan manusia dari dosa-dosanya. Sehingga dengan demikian
manusia bisa benar-benar percaya bahwa Dialah Mesias, Anak Allah yang
membebaskan. Inkarnasi logos menjadi Yesus, inilah hal yang ingin ditekankan oleh
Yohanes.
DARTAR
PUSTAKA
Calrk, Gordon H. 1989. The Johannine Logos. Maryland: The
Trinity Foundation.
Dister, Nico Syukur. 2004. Teologi sistematik 1 Allah Penyelamat. Semarang:Kanisius.
Enns, Paul. 2008.
The Moody Handbook of Theology (Buku Pegangan Teologi). Malang: Literature
Saat.
Habalberg, Dave. 1999. Tafsiran Injil Yohanes 1-5 Dari Bahasa Yunani Karena Begitu Besar Kasih
Allah Akan Dunia Ini. Yogyakarta: Yayasan Andi.
Jacobs, Tom.
2000. Siapa Yesus Kristus Menurut
Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius.
Pink, A.W.
1945. Tafsiran Injil Yohanes. Surabaya:
Yakin.
Preiffer, Charles F. 2008. The Widiffe Bible Commentary (Tafsiran Alkitab Widiffe)Volume 3
Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas.
Santoso, David Iman . 2005. Theologi Yohanes Intisari Dan Aplikasinya. Malang: Literature Saat.
Soehardjo, dkk. 1977. Firman Allah yang Hidup Perjanjian Baru Dalam Bahasa Sehari-Hari. Bandung:
Kalam Hidup.
[3] Dave
Habalberg, Tafsiran Injil Yohanes 1-5
Dari Bahasa Yunani Karena Begitu Besar Kasih Allah Akan Dunia Ini, (Yogyakarta:
Yayasan Andi, 1999), hal 32.
[6] Nico
Syukur Dister, Teologi sistematik 1 Allah
Penyelamat, (Semarang:Kanisius,2004), hal 191,192.
[8] David
Iman Santoso, Theologi Yohanes Intisari
Dan Aplikasinya, (Malang: Literature Saat, 2005), hal 26,27.
[10] Dave
Habalberg, Tafsiran Injil Yohanes 1-5
Dari Bahasa Yunani Karena Begitu Besar Kasih Allah Akan Dunia Ini, hal 32.
[14] Soehardjo,
dkk. Firman Allah yang Hidup Perjanjian
Baru Dalam Bahasa Sehari-Hari,(Bandung: Kalam Hidup, 1977), hal 130.
[17] Tom
Jacobs, Siapa Yesus Kristus Menurut
Perjanjian Baru, (Yogyakarta: Kanisius, 2000)Hal 151,152.
[18] Charles
F. Preiffer, The Widiffe Bible Commentary
(Tafsiran Alkitab Widiffe)Volume 3 Perjanjian Baru,(Malang: Gandum
Mas,2008), hal 300.
[19]Paul Enns, The Moody Handbook of Theology (Buku Pegangan Teologi), (Malang:
Literature Saat,2008), Hal 160.