I.
Pendahuluan
Kitab
mazmur merupakan salah satu kitab yang dibacakan pada hari raya orang Yahudi.
Kitab ini dibacakan di dalam Sinagoge. Kitab ini juga dituliskan dalam bentuk
puisi, di mana kitab ini berisikan tentang ungkapan pemazmur tentang apa yang
sedang dialami oleh pemazmur pada saat itu. Dan pemazmur ingin menyatakan
sesuatu yang ingin diajarkan melalui mazmur yang diungkapkan kepada pembaca.
Dalam
mazmur 53, pemazmur ingin mengajarkan kepada pembaca tentang kebobrokan
manusia. Dalam perikop ini menuliskan tentang orang bebal tidak mengakui adanya
Allah, mereka hanya melakukan kecurangan atau yang jahat di mata Tuhan. Mereka
mengira Allah tidak ada sehingga tidak ada yang melihat kelakuan mereka yang
jahat itu. Mereka hanya melakukan sesuatu yang menyimpang dari yang diharapkan
oleh Allah. Karena manusia melakukan yang jahat, sehingga mereka menunggu
sebuah pengharapan yaitu pengharapan kesemalatan supaya datang bagi orang
israel, supaya umat-Nya dipulihkan kembali sehingga mereka bersukacita dan
bersorak-sorai.
Dalam
paper ini penulis akan mencoba menuliskan tentang latar belakang dari penulisan
kitab ini, serta akan menafsirkan apa yang ingin dikatakan mazmur ini dalam
mazmur 53. Apa yang sedang diajarkan oleh pemazmur bagi pembaca dan bagaimana
mengaplikasikannya ke dalam kehidupan pada masa sekarang ini.
II.
Latar
Belakang Kitab Mazmur
Mazmur
adalah kitab terpanjang dalam Alkitab Ibrani. Kitab ini berisi nyanyian pujian,
doa dan pertolongan Allah, dan syair yang menyatakan kepercayaan umat kepada
Allah. Dalam kitab ini juga dinyatakan berbagai perasaan yang ada pada manusia,
antara lain dukacita dan sukacita, keraguan dan kepercayaan, hati yang terluka
dan yang terhibur, keputusasaan dan pengharapan, kemarahan dan ketenangan,
keinginan balas dendam dan mengampuni. Sebagai contoh doa dan pujian dalam
kitab mazmur mengajak pembaca untuk berbagi dengan Allah setiap bagian dari
hidup mereka.[1]
Pujian,
pengucapan syukur, iman pengharapan, dukacita karena dosa, kesetiaan dan
pertolongan Allah adalah gagasan utama di dalam Alkitab. Gagasan-gagasan itu
bergaung nyaring di dalam kitab Mazmur. Mazmur-mazmur perorangan ini ditulis
dan dikumpulkan untuk digunakan dalam ibadat umat. Kitab mazmur menjadi kitab
pujian atau buku doa yang pertama kali dipakai dalam ibadat di Bait Allah di
yerusalem. Di kemudian hari kitab ini juga dipakai dalam rumah ibadat Yahudi di
sinagoge dan juga komunitas-komunitas Kristen dalam jemaat. Kitab mazmur
terbentuk selama sderatus tahun. Ada mazmur yang mungkin ditulis sesudah masa
pembuangan di Babel. Tujuh puluh tiga mazmur menyebutkan Daud sebagai
penulisnya. Daud mungkin menuliskan sebagian mazmur ini, tetapi mazmur-mazmur
lainnya mungkin berasal dari masa sesudah Daud. Orang-orang yang mengumpulkan
mazmur-mazmur ini memakai nama Daud sebagai judul dari banyak mazmur dengan
maksud untuk menghormati Daud.judul tiga belas mazmur menyebutkan situasi
kehidupan Daud. Daud digambarkan sebagai contoh tentang bagaimana orang-orang
bergantung kepada Allah ketika sedang menghadapi situasi yang sulit, dan mereka
tetap percaya kepada Allah.
Alkitab bahasa latin memakai nama yang sama dengan
LXX yaitu psalmoi. Kata Yunani (dari
kata kerja psallo ynang artinya
memetik atau mendentingkan) mula-mula digunakan untuk permainan alat musik
petik. Kemudian kata itu menunjukkan nyanyian (psalmos) atau kumpulan nyanyian (psalterion). [2]
Secara literal bentuk kata kerja psallo, berarti “menekan”, “menarik” atau
“memainkan” (alat musik). Dengan demikian psalmoi mula-mula mungkin
berarti lagu yang dinyanyikan dengan iringan alat musik petik. Pada abad ke-5 M
codex Alexandrinus memakai nama lain, yaitu psalterion yang sebenarnya
berarti ‘instrumen bertali’ (Dan. 3:5) atau ‘suatu kumpulan lagu.’
Dalam kata Ibrani ada mizmor yang artinya sebuah nyanyian yang dinyanyikan dengan
iriingan musik, namun judul kitab dalam bahasa Ibrani adalah tehilim yang artinya puji-pujian atau
nyanyian pujian.[3]
Kata psalmoi dalam LXX digunakan untuk menerjemahkan kata Ibrani mizmôr
(“lagu” atau “musik instrumental”) yang sering muncul dalam pembukaan
sebuah Mazmur. Nama Indonesia “Mazmur” sangat mungkin berasal dari bahasa Arab.
Kitab
mazmur adalah ibarat telaga jernih yang membayangkan setiap keadaan hati manusia yang berganti-ganti itu. Suatu sungai
penghiburan yang walaupun banjir dengan air mata, tidak pernah gagal untuk membangkitkan
semangat orang lemah.[4]
Kitab
mazmur merupakan kumpulan kitab-kitab yang ditulis oleh orang yang berbeda dan
kurun waktu yang berbeda. Sebagai kumpulan kitab mazmur, maka kitab mazmur
sejak awal sudah digubah untuk nyanyian di bait Allah, tetapi ada juga yang
bersifat pribadi kemudian menjadi suatu mazmur untuk Israel. Kitab mazmur
adalah salah satu kitab yang paling praktis dan sangat sesuai dengan isi hati
manusiaserta menyenangkan anak-anak Tuhan karena di dalam kitab ini terdapat
hampir semua pengalaman orang percaya.[5]
Kitab
mazmur merupakan gambaran Alkitabiah bagi orang yang tidak memiliki Alkitab
yang tidak dapat membacanya. Seandainya orang Yahudi hanya mengetahui kitab
mazmur, mereka masih memiliki pemahaman yang mandalam tentang iman mereka. [6]
Kitab
mazmur merupakan kumpulan nyanyian rohani, doa dan sanjak. Mazmur-mazmur itu
ditulis selama ratusan tahun oleh banyak pengarang, termasuk raja Daud, untuk
dibaca atau dinyanyikan oleh orang Israel waktu beribadat.[7]
Kitab mazmur ini merupakan suatu ungkapan yang diungkapkan oleh seorang
pemazmur tentang apa yang sedang dia alami dalam kehidupannya.
Buku
Mazmur adalah bagian dari Alkitab
yang merupakan buku nyanyian dan buku
doa. Buku ini dikarang oleh berbagai pujangga dalam waktu yang lama sekali. Nyanyian-nyanyian dan
doa-doa ini dikumpulkan oleh orang
Israel dan dipakai dalam ibadat mereka, lalu akhirnya dimasukkan ke dalam Alkitab.
Sanjak-sanjak keagamaan ini bermacam ragam: ada
nyanyian pujian dan ada nyanyian untuk menyembah Allah; ada doa mohon
pertolongan, perlindungan dan penyelamatan; doa mohon ampun; nyanyian syukur
atas berkat Allah, permohonan supaya musuh dihukum. Doa-doa ini ada yang
bersifat pribadi, ada pula yang bersifat nasional. Beberapa di antaranya
menggambarkan perasaan seseorang yang paling dalam, sedangkan lainnya
menyatakan kebutuhan dan perasaan seluruh umat Allah.
Mazmur-mazmur dipakai oleh Yesus, dikutip oleh
penulis-penulis Perjanjian Baru, dan menjadi buku ibadat yang sangat dihargai
oleh Gereja Kristen sejak semula. Kitab
mazmur adalah lebih dapripada sekedar jendela untuk melihat bangsa Israel.
Kitab itu adalah sebagai saksiu monumental bagi sifat yang tak kekal dan
terbatas dan universal. Dalam bidang iman, kitab mazmur telah menjadi tiang awan
pada siang hari dan tiang api pada malam hari bagi bangsa Israel dan bagi
gereja.[8]
Judul
kitab mazmur dalam bahasa Inggris adalah the Psalms, dapat ditelusuri melalui
salinan-salinan bahasa Yunani dan latin dari perjanjian lama. Septuaginta
memakai kata Psalmos untuk menterjemahkan kata Ibrani mizmor, istilah teknis
untuk satu kidung yang dinyanyikan dengan iringan instrument musik. Alkitab
Ibrani berisi 150 mazmur, dan berbagai Alkitab protestan telah mengikuti pola
ini.[9]
Kitab
mazmur terus dipakai oleh umat Kristen secara menyeluruh, tetapi juga
masing-masing orang Kristen secara perorangan. Dalam kitab mazmur setiap orang
dapat menemukan rasa hati yang sesuai dengan keadaan nyata. Rasa hati orang
yang percaya, orang yang bertobat, orang yang mengalami kebaikan Tuhan. [10]Kitab
mazmur mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya berdoa.
Isi
kitab mazmur
Ke-150
Mazmur dibagi dalam lima kelompok atau buku, sebagai berikut:
Kelompok
Pertama : Mazmur 1-41
Kelompok
Kedua : Mazmur 42-72
Kelompok
Ketiga : Mazmur 73-89
Kelompok
Keempat : Mazmur 90-106
Kelompok
Kelima : Mazmur 107-150
III.
Tafsiran
Mazmur 53
Mazmur ini adalah
pengulangan dari mazmur 14. Ada dua perbedaan utamanya, yaitu yang pertama adalah
perubahan nama Yahwe yang dalam
mazmur 14 muncul 14 kali, dan pemakaian elohim
tujuh kali. Apapun alasan dibalik
perubahan ini, Ia memberi jangkauan yang lebih universal pada mazmur ini
dibandingkan dengan yang sebelumnya yangsangat terikat pada gelar perjanjian
Yahwe, yang secara khusus teruntuk bangsa Israel. Kedua, telah ditulis secara
baru, suatu kenyataan mungkin menandai kelepasan yang mengujud dari bangsa
sejak penyusunan mazmur yang terdahulu itu. Ini mungkin skali menunjuk kepada
peristiwa jauhnya liga orang Amon, atau lebih mungkin kepada kacau-balau
pasukan tentara Aram akibat kuasa adikodrati.[11]
Pemazmur menggambarkan dua tipe manusia, yaitu
orang benal (1-3), orang benar (4-6). Pemazmur mengeluh bahwan orang jahat
mengejar orang benar, dan Allah tetap mengawasi dari sorga. Ia mengungkapkan
harapannya bahwa Allah akan muncul dari kenisah, menghukum orang jahat dan
melindungi orang beriman.[12]
1-3: lukisan keadaan
yang bernada kecaman. Mazmur ini dibuka dengan suatu pernyataan mengenai
pikiran orang bebal yang berpendapat bahwa Allah tidak ada. Namun pernyataan
tidak ada Allah disini bukanlah sduatu penyangkalan teoritis, tetapi praktis.
Beballah orang yang tidak mencari Allah yang melakukan kejahatan dengan
menindas yang lemah dan yang menyangkal kehadiran Allah yang berkuasa dan adil,
yang selalu menyertai orang benar dan tertindas. Kata orang fasik dengan batang
hidungnya ke atas Allah tidak menuntut. Tidak ada Allah. Allah melupakannya.
Malapetaka tidak menimpa kita. Sikap hidup yang demikian merupakan dosa asal
manusia. Manusia dapat merusak dirinya sama sekali, sehingga dia tidak mampu
lagi berbuat baik. Di mana orang berpikir tidak ada Allah di sana, tidak ada
yang berbuat baik.[13]
Ayat yang pertama
merupkan judul/ prolog dari perikop ini. Dalam prolog pemazmur mengatakan bahwa
ungkapan ini merupakan suatu pengajaran yang diberikan Daud kepada pembaca. Dalam
ayat yang 2-3 mengatakan bahwa Tuhan bukanlah Allah yang tidak melihat perbuatan-perbuatan
manusia. Tuhan tidak menemukan seorang pun yang berakal budi diantara yang
berkuasa dan kuat. Semuanya telah bejat. Tidak seorang pun yang berbuat baik,
karena semua mengira tidak ada Allah.[14]
Ayat 4-6 mengatakan
bahwa pemazmur kurang sabar bertanya kepada para penindas yang memakan habis
umatnya seperti memakan roti apakah mereka masih belum juga mau belajar dan
sadar siapakah sebenarnya Allah itu. Mereka tidak berseru kepada Tuhan, karena
mereka tidak berada dalam kesesakan. Sebaliknya mereka menindas orang benar. Namun
ditempat di mana mereka mengira Allah tidak hadir dan berkarya, disanalah Allah
akan menampakkan diri-Nya dan menyatakan kekuasaan-Nya. Allah akan menunjukkan
diri-Nya sebagai pembela dan pelindung orang yang tertindas, yang datang
memohon dan berlindung kepada-Nya.
Ayat yang ke-7 mengatakan
bahwa keselamatan yang tetap bagi bangsa israel harus selalu diharapkan dan
diminta dengan rendah hati kepada Tuhan. Dan ketika keselamatan itu telah datang
kepada bangsa Israel maka bangsa Israel akan bersorak-sorai, dan bersukacita.
Keselamatan yang datang kepada bangsa Israel itu datang untuk memulihkan
mmereka dari kebobrokan, melalui pemulihan yang berasal dari Allah.
Mazmur ini menunjukkan
kebebalan dan kebobrokan yang menjadi asal dosa dari segala jekahatan dan
penindasan yang berkuasa yang merupakan penyangkalan atas kekuasaan Tuhan dan
hadiran-Nya yang menuntut dan mengadili manusia. [15]
IV.
Aplikasi
Dalam Kehidupan Sekarang
Setelah
membaca dan mempelajari perikop ini, pembaca dapat melihat apa yang diajarkan
oleh pemazmur bagi kita. Di mana melalui perikop ini kita dapat mengetahui
tentang seperti apa kebobrokan yang dialami oleh manusia dalam kehidupannya.
Bagaimana manusia itu bisa pulih kembali. Dalam perikop ini menyatakan bahwa
manusia bisa pulih dari segala kebobrokan dan kebebalannya hanya melalui Tuhan,
di mana Tuhan yang dapat memulihkan setiap pribadi.
Melalui
perikop ini kita dapat mengenal Asllah yang penuh kasih di mana ketika manusia
hidup dalam kebobrokan, Allah memulihkan mereka dari kebobrokan dan kebebalan
tersebut. Manusia telah melakukan kejahatan tetapi dalam perikop ini
menjelaskan bahwa Allah melihat mereka dan memulihkan mereka.
Jika
kita melihat ke dalam kehidupan pada masa sekarang ini, hal ini dapat kita
kaitkan, manusia yang berdosa, yang masih hidup dalam keberdosaan akan
dipulihkan Allah ketika manusia itu berseru dan meminta kepada Tuha. Di mana
Allah itu adalah Allah yang penuh kasih yang selalu menyertai manusia ciptaannya
walau dalam keadaan apapun, Allah senantiasa menjaga dan melindungi. Ketika
manusia itu melakukan yag jahat di mata Tuhan, ketika manusia itu tidak
mengakui Tuhan Allah ada, maka pada saat tertentu yang tidak terduga melalui
hal apa saja Tuhan bisa memakai berbagai cara untuk mengingatkan dan menegur
manusia dari kesalahan, kebebalan, bahkan kebobrokannya.
V.
Kesimpulan
Melalui
perikop iniu kita dapat belajar dari kebobrokan manusia kepada Allah yang
mengatakan bahwa Allah tidak ada, dan orang-orang benar mendapatkan penindasan.
Manusia itu hanya melakukan yang tidak baik, manusia tidak menyadari akan
adanya Allah, mereka hanya menganggap bahwa manusia yang berkuasa di bumi ini,
Allah tidak ada. Sehingga manusia melakukan apa yang menurut mereka baik dan
apa yang menurut mereka cocok untuk dilakukan dalam kehidupan ini. Merka tidak
sadar bahwa yang mereka lakukan itu
adalah yang jahat. Mereka tidak sadar bahwa orang yang melakukan hal seperti itu
adallah orang-orang yang ditolak oleh Allah.
Oleh
karena itulah melalui perikop ini kita belajar dari Allah yang setia memulihkan
setiap orang yang mengakui dan yang mau berseru kepada Tuhan. Allah adalah
Allah yang mau mengampuni, walalupun manusia itu melakukan kesalahan yang tidak
sesuai dengan kehendah Allah. Karena Allah adalah kasih, maka pembaca dapat
mengerti tentang pemulihan yang diberikan Allah kepada pemazmur yang berseru.
[1]
________, Alkitab Edisi
Studi, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2010), hal 867.
[2]
W. S. Lasor, dkk, Pengantar Perjanjian
Laama 2: Sastra dan Nubuat, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994), hal. 41.
[3]
Ibid.
[4]
Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab 2:
Ayub s/d Maleakhi, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1989), hal. 69.
[5]
Herlise Y. Sagala, Tafsiran Kitab Puisi
(Diktat), (Bandung: Sekolah Tinggi Teologi Bandung, 2012), hal 17.
[6]
W. S. Lasor, dkk, Pengantar Perjanjian
Laama 2: Sastra dan Nubuat, hal. 67.
[7] David L. Baker,
Mari Mengenal Perjanjian Lama,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), hal. 80.
[8] C. Hassell
Bullock, Kitab-Kitab Puisi Dalam
Perjanjiaan Lama, (Malang: Gandum Mas, 2003), hal. 151-152.
[9]
Ibid.
[10]
C. Groenen, Pengantar ke dalam Perjanjian
Lama, (Yogyakarta: Kanisius, 1979) hal. 228.
[11]
___________, Tafsiran Alkitab Masa Kini2:
Ayub-Maleakhi, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1994), hal. 185.
[13]
Marie Claire Barth &
B.A.Pareira, Tafsir Alkitab: Kitab Mazmur
1-72 Pembimbing dan Tafsiran, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998), hal 208.
[14]
Ibid, hal 209.
[15]
M. C. Barth &
B.A.Pareira, Tafsir Alkitab: Kitab Mazmur
1-41 Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989), hal 93.